Sunday 12 August 2012

Target Antara Petrokimia

KEJUARAAN antarklub ASEAN mulai digelar pada hari ini. Pembukaannya dilakukan di Gresik oleh Ketua Umum PSSI Agum Gumelar. Ada dua tim Indonesia yang berlaga dalam kejuaraan antarklub paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara ini, yakni Petrokimia Putra Gresik dan Persita Tangerang. Siapakah Petro Putra? Mampukah juara Kompetisi Liga Indonesia (KLI) VIII itu berbicara?

P
etrokimia Putra Gresik adalah tim lawas di deretan klub-klub Divisi Utama Indonesia. Klub ini berdiri pada Jumat Pon 20 Mei 1988. Pendirinya pihak manajemen PT Petrokimia Gresik. Sejak berdiri hingga sekarang, klub yang didanai pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik tersebut telah 15 tahun berkiprah di Divisi Utama Liga Indonesia.

"Kami termasuk klub lawas. Sebab, banyak klub lahir sebelum dan sesudah Petro Putra lahir kini mrotholi dan tak lagi berkiprah di Divisi Utama," ujar salah satu pengurus Petro Putra dr Sugeng Suparlan kepada Suara Merdeka.

Ya, Petro Putra termasuk klub lama di Indonesia. Mungkin seangkatannya yang masih bertahan adalah Arema Malang, PKT Bontang, dan Semen Padang. Banyak klub besar di Indonesia yang pernah satu kelas dengan Petro Putra kini tinggal nama alias almarhum. Misalnya, Kramayudha Tiga Berlian Jakarta, Bandung Raya Bandung, Niac Mitra Surabaya, Warna Agung Jakarta, Pardedetex Medan, Medan Jaya Medan, Assyabaab Surabaya, Perkesa 1978 Sidoarjo, BPD Jateng, Yanita Utama Bogor, Makassar Utama, Indonesia Muda (IM) Jakarta, dan lain-lain.

"Bertahannya Petro Putra di Divisi Utama karena di sini masih banyak orang gila bola," tambah Sugeng Suparlan sambil tertawa.

Memang, apa yang dikatakan Sugeng ada benarnya. Dalam konteks sekarang, manajemen PT Petrokimia Gresik di bawah kendali Ir Arifin Tasrief termasuk orang-orang yang gila bola. Selain dia, di Petrokimia Gresik ada nama Andy Setiadi, Imam Supardi, Sugeng Suparlan, Soepardi, Asril Aziz, dan lain-lain yang sangat concern mempertahankan klub berlogo kebo giras ini bertahan di Divisi Utama.

Sangat Riskan

Di bawah besutan Alexander Sikov asal Moldova, tim ini sampai putaran kedua KLI IX tetap menempati peringkat terbawah papan tengah. Kondisi tersebut sangat riskan bagi survive-nya Petro Putra di Divisi Utama. Tak menutup kemungkinan jika tak ada pembenahan mendasar, baik aspek teknis maupun nonteknis, Petro Putra terjerembab ke jurang degradasi. Ekstremnya, di KLI IX, Petro Putra bisa saja mengikuti jejak PSIS yang terjun bebas ke Divisi I setelah jadi jawara di KLI V.

"Pengalaman buruk PSIS jangan sampai terjadi pada kami," kata Manajer Tim Petro Putra Imam Supardi.

Lima belas tahun kiprah Petro Putra di Divisi Utama bukan tempo pendek. Mungkin rekor itu hanya mampu disamai Arema. Banyak klub Divisi Utama seangkatan dengan Petro Putra kini tinggal nama. Selain itu, banyak pula sejarah penting yang patut dicatat dari klub yang bermarkas di Kota Gresik tersebut.

Setidaknya ada tiga momentum penting dalam 15 tahun perjalanan Petro Putra di dunia persepakbolaan nasional. Pertama, laga perdana klub ini mengikuti Kompetisi Liga Indonesia (dulu Galatama) pada 1988-1989. Ketika itu, kompetisi sepakbola secara nasional ada dua kutub besar. Yakni, Galatama yang diikuti klub-klub semiprofesional dan perserikatan yang diikuti klub yang didanai dan dikelola pemda.

Ketika kali pertama masuk Galatama, sebenarnya di Gresik ada klub perserikatan yang bertengger di Divisi Utama perserikatan, yakni Persegres. Bahkan, sebagian pemain Petro Putra angkatan pertama alumni Persegres. Ketika itu, antusiasme warga Gresik lebih condong ke Persegres daripada ke Petro Putra.

Beberapa pemain angkatan pertama Petro Putra yang alumni Persegres, antara lain Sasono Handito (kiper), Ferril Raymond Hattu, Rubianto, Reno Latupeirissa, Karyanto, Abdul Muis, Masrukan, Lutfi, Hasan Maghrobi, Derry Krisyanto, dan lain-lain. Mereka di bawah pelatih Bertje Matulapelwa dengan asisten pelatih Hendrik Montolalu dan Slamet Haryono. Hendrik merupakan mantan kiper Niac Mitra Surabaya dan kini menangani tim Divisi I Persedikab Kabupaten Kediri.

Momentum Kedua

Momentum penting kedua dicatat Petro Putra pada KLI I 1994-1995. Ketika itu, Petro Putra oleh banyak kalangan persepakbolaan nasional diberi gelar "juara tanpa mahkota". Kenapa demikian?

Sebab, di partai final KLI I di Stadion Bung Karno Jakarta, Petro Putra yang saat itu di bawah besutan pelatih Andi Muhammad Teguh dengan asisten pelatih Ferril Raymond Hattu dan Bambang Purwanto dipaksa kalah dari Persib Bandung dengan skor 0-1.

Padahal, dalam pertandingan tersebut, Petro Putra memasukkan gol lebih dulu melalui kaki Jacksen F Tiago. Namun, gol tersebut dianulir wasit tanpa alasan jelas.

Kiprah Petro Putra di KLI I pada 1994-1995 memang luar biasa. Pada KLI I tersebut PSSI mengeluarkan kebijakan memperbolehkan klub-klub peserta mendatangkan pemain asing. KLI ini merupakan sinergi antara klub-klub Galatama dan perserikatan. Tiap-tiap tim boleh mendatangkan maksimal tiga pemain asing.

Petro Putra ketika itu mendatangkan tiga pemain asing, yakni Derryl Sinnerine asal Trinidad and Tobaggo. Posisinya sebagai kiper. Lalu Carlos de Mello di posisi playmaker dan Jacksen F Tiago sebagai striker.

Selain Jacksen dan Carlos, tim Petro Putra KLI I melahirkan banyak bintang baru, seperti Widodo C Putra, Eri Irianto (meninggal dunia saat memperkuat Persebaya), dan Suwandi HS. Ketiganya kemudian jadi langganan masuk pelatnas PSSI.

Puncak

Lantas apa momentum sejarah ketiga bagi Petro Putra? Yakni, saat tim ini jadi jawara KLI VIII. Prestasi tersebut seolah-olah menjadi puncak kiprah Petro Putra di deretan utama persepakbolaan nasional. Biasanya jawara KLI direbut tim-tim dari kota-kota besar dan secara tradisional memiliki kiprah dan prestasi sepakbola yang melegenda. Misalnya, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, PSIS Semarang, Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Makassar, dan lain-lain.

Namun, di KLI VIII Petro Putra tampil luar biasa. Tim ini hanya kalah dalam dua pertandingan, yakni melawan PKT dan Barito Putra. Selebihnya, Petro Putra yang saat itu ditukangi Serghei Dubrovin dari Moldova dengan asisten pelatih Sanusi Rachman dan Rubianto mampu melalap lawan-lawannya dengan kemenangan meyakinkan.

Formasi pemain Petro Putra pada KLI VIII sebenarnya tak istimewa. Kalau pun ada pemain dengan nama besar, mungkin hanya Widodo C Putra, Khusairi, dan Suwandi HS. Selebihnya pemain debutan baru atau pemain lama yang berkiprah biasa-biasa saja di blantika KLI.

Kini, di KLI IX Petro Putra melakoni pertandingan demi pertandingan dalam kondisi terseok-seok. Kadang-kadang tim ini meraih kemenangan gemilang saat melawan tim bagus, seperti menahan seri PSM di Makassar. Namun, pada lain kesempatan, gawang Petro Putra tak jarang menjadi lumbung gol, seperti ketika bertandang ke Tangerang melawan Persita di putaran pertama, lantas dibantai Persik di Kediri dan digunduli Persipura di Jayapura.

Konsistensi dan stabilitas permainan anak-anak asuh Sikov di KLI IX ini sangat labil. Kenapa semua itu terjadi? Imam Supardi dan Sugeng Suparlan mengemukakan, tak adanya tempo recovery, banyaknya turnamen yang diikuti Petro Putra setelah KLI VIII, dan keterlambatan Serghei Dubrovin datang ke Gresik pra-KLI IX adalah faktor-faktor penyebab Petro Putra tertatih-tatih dalam KLI IX.

Kendati demikian, di kejuaraan antarklub ASEAN Petro Putra turun gelanggang dengan spirit menyala.

"Target kami masuk semifinal. Kejuaraan ini hanya sasaran antara bagi kami," ujar Imam Supardi.

Justru di lanjutan KLI IX anak-anak asuhan Sikov harus lebih memantapkan performance mereka. Sebab, kalau tak berhati-hati, Petro Putra akan mengikuti jejak PSIS. "Kami tak ingin peristiwa PSIS terjadi pada kami. Karena itu, kami all out berjuang mempertahankan tim ini di Divisi Utama Indonesia," katanya.

Sugeng berharap, puncak performa para pemain Petro Putra terjadi pada lanjutan KLI IX. Dengan demikian, sisa pertandingan yang dijalani tim berjuluk Kebo Giras, baik partai tandang maupun kandang, berakhir dengan kemenangan yang ujung-ujungnya Petrokimia tetap di Divisi Utama.

A.I.B

Friday 3 August 2012

catatan seorang jakmania awayday gresik


Tim Gresik United (Persegres) yang menjamu Persija Jakarta di Stadion Petrokimia Gresik, Jawa Timur pada hari Minggu, 22 April 2012 memang merupakan salah satu partai yang telah dinantikan oleh Saya dan beberapa rekan dengan menempatkan Gresik, sebagai salah satu kota tujuan untuk nantinya dapat hadir disana, saat tim Persija melakukan pertandingan away-nya menghadapi tuan rumah Gresik United. Pada akhirnya, Saya bisa juga berkesempatan hadir ke kota yang berada sekitar 20 km di sebelah utara dari kota Surabaya ini.
Tour kali ini dimulai dengan menggunakan Kereta Api (KA) Kertajaya relasi Jakarta (Pasar Senen)-Surabaya (Pasar Turi). Tiket kereta telah dipesan beberapa hari sebelumnya, pemberangkatan sendiri dibagi menjadi 2 rombongan yang berangkat pada hari Jumat, 20/4 adalah rekan Sontonk, Ina, Lionel, Ariz, Amie dan Ari Prakoso, sementara pemberangkatan hari Sabtu, 21/4 adalah rekan Boby, Santoz, Arie, Arjunz, Junot, Sapari, Ryan, Joy, Dedi, Opan & Saya sendiri. Sementara rekan Icha menyusul pada Sabtu malam dengan menggunakan KA. Argo Bromo Anggrek dikarenakan masih ada pekerjaan hingga Sabtu sorenya.
Pemberangkatan di hari Sabtu juga berbarengan dengan pemberangkatan rombongan The Jakmania Gour Gresik dengan menggunakan kereta yang sama. Rombongan The Jakmania menempati gerbong #6 & #7, sementara Saya dan rekan-rekan menempati gerbong #8 yang berada di barisan paling belakang dari rangkaian gerbong penumpang KA. Kertajaya hari itu. Rencananya semua akan turun di Stasiun Lamongan untuk selanjutnya meneruskan perjalanan darat ke kota Gresik. Perjalanan kereta sendiri diperkirakan menempuh waktu sekitar 14 Jam dari Stasiun Pasar Senen dengan schedule keberangkatan Pkl. 15.35 WIB yang nantinya akan melewati kota-kota diantaranya Cirebon, Tegal, Pemalang, Semarang, Cepu, Bojonegoro dan Babat untuk selanjutnya turun di Lamongan. Sebagian menganggap route ini merupakan route “Jalur Gaza” saat nantinya kereta melintas disepanjang jalur Jawa Barat dan Jawa Timur.. :D
Perjalanan dari Jakarta menuju Lamongan relatif lancar, walaupun ada “sedikit gangguan” dikawasan Pegaden-Cikampek yang sempat meretakkan kaca jendela kereta, perjalanan menembus lintas Jawa Barat relatif aman terkendali, begitupun saat kereta melintas di jalur Jawa tengah dan Jawa Timur. Dari Jakarta menuju Cirebon, kereta hanya semoat berhenti sebentar di Pegaden, selebihnya kereta terus berjalan menuju Cirebon. Kereta tiba di stasiun Cirebon sekitar pukul 19.00 WIB yang langsung disambut oleh rekan-rekan Jak Cirebon yang membentangkan spanduk Jak Cirebon sambil bernyanyi menyambut kedatangan kereta yang membawa rombongan The Jakmania.. Untuk yang kesekian kalinya Saya sangat respect terhadap kawan-kawan Jak Outsiders..  Penyambutan juga dilakukan kawan-kawan Jak Semarang ketika kereta singgah di stasiun Poncol, Semarang.
Menurut catatan Saya, Kereta hanya berhenti agak lama di stasiun Sragi, karena harus menunggu lintasan yang akan digunakan 3 rangkaian kereta kelas executive.. :DStasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di daerah Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah. Stasiun ini berada di Daerah Operasi (Daop) IV Semarang. Saat menunggu kereta berangkat kembali, rekan Zani dari Jak Online menghubungi Saya via telepon genggam milik rekan Junot untuk melakukan “Live Report” suasana perjalanan tour menuju kota Gresik dari studio RRI Pro-2 FM Jakarta, di acara siaran radio Jakarta Football Community (JFC) yang rutin disiarkan setiap hari Sabtu oleh Jak Online.
Sekitar pukul 05.00 WIB kereta tiba di stasiun Lamongan, sebelumnya sempat muncul ide untuk menyalakan flare saat kereta bergerak memasuki stasiun Lamongan untuk membangkitkan semangat bagi semua rekan-rekan yang mengikuti tour ini tanpa terkecuali, untuk hal ini, rekan Boby yang mengeksekusi moment ini, Saya sendiri sebelumnya telah bergerak ke gerbong 7 untuk bersiap mengabadikan moment ini, dikarenakan pintu gerbong 8 tidak dapat dibuka karena tertahan oleh barang-barang dari penumpang lainnya. Setelah kereta tiba di stasiun Lamongan, rekan Dedi juga menyalakan flare bersama rekan Boby disaat rombongan turun di stasiun ini.. Nice Moment.. :)
Di stasiun Lamongan, rekan Sontonk yang telah tiba sehari sebelumnya telah menyambut bersama rekan Alfa dari Ultras Gresik dan telah menyiapkan sebuah kendaraan dihalaman luar stasiun untuk selanjutnya langsung menuju kota Gresik, sementara rombongan besar Jakmania yang berjumlah sekitar 250 orang akan merapat dulu ke sekretariat LA Mania di kota Lamongan untuk berkoordinasi dan rencananya baru akan bergerak konvoi ke kota Gresik sekitar pukul 10.00 WIB.  Jarak dari kota Lamongan ke kota Gresik sekitar 28 km yang dapat ditempuh dengan berkendara selama 30 menit saja.
Tiba di kota Gresik, Saya dan kawan-kawan langsung mengarah ke rumah rekan Alfa di kawasan Sukorame, disana telah ada beberapa rekan yang sehari sebelumnya telah tiba di Gresik dan bermalam dirumah rekan Alfa yang memang menjadi “homebase” untuk agenda tour Gresik kali ini. Begitu tiba di homebase, inilah yang ditunggu-tunggu.. Nasi Krawu.. :D Sebelumnya telah tersaji makanan khas Gresik lainnya diantaranya Jubung, Otak-Otak Bandeng & Pudak yang disertai juga dengan penganan khas lainnya disertai wedang kopi. Sementara Nasi Krawu sendiri merupakan “request” Saya dari jauh-jauh hari ke rekan Alfa jika nantinya Saya berkunjung ke Gresik.. Akhirnya.. :)
Setelah puas menyantap hidangan khas Gresik, beberapa rekan ada yang melanjutkan dengan beristirahat, mandi dan keluar rumah untuk berkeliling kota Gresik, Saya sendiri memilih berbincang-bincang dengan kedua orang tua rekan Alfa seputar hal-hal yang berkenaan dengan kota Gresik dan sepakbola Gresik, kebetulan Ayah dari rekan Alfa juga salah satu pendiri dari kelompok Ultras Gresik dan sudah lama menjadi pecinta tim sepakbola Gresik yang dulu masih bernama Petrokimia Gresik. Setelah puas berbincang-bincang dan beberapa rekan yang berkeliling telah kembali ke homebase, Saya bersama rekan Amie menyempatkan diri untuk mampir “menengok” stadion Petrokimia Gresik yang letaknya tidak terlalu jauh dari homebase, sekaligus menikmati suasana kota Gresik menjelang siang hari yang walaupun cuacanya sangat terik namun beruntungnya disepanjang perjalanan menuju stadion, suasananya cukup nyaman dengan aneka pepohonan yang berjejer rindang dipinggir jalan layaknya seperti hutan kota.
Gresik merupakan sebuah kota kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 1.191,25km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km dari lepas pantai Laut Jawa. Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti “gunung di tepi pantai”, merujuk pada topografi kota yang berada di pinggir pantai. Sementara menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa. Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Beberapa industri di Gresik antara lain Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint, BHS-Tex, Industri Perkayuan/Plywood dan Maspion. Gresik juga merupakan penghasil perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut, tambak, maupun perikanan darat, hal ini tampak dengan banyaknya tambak bandeng disepanjang jalur Lamongan menuju Gresik, untuk “synergy” dengan industri, rasanya hal ini memang sudah menyatu dan melekat dengan suasana dan beberapa bangunan di kota ini.
Selain itu Gresik juga dikenal sebagai kota ziarah, mengingat di kota ini terdapat Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gapuro), Makam Sunan Giri (di desa Giri), Makam Sunan Prapen (Cucu Sunan Giri) di desa Klangonan, Makam Fatimah Binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh dan Petilasan sunan kalijaga di Kawasan Gunung Surowiti, kecamatan Panceng di Kabupaten Gresik. Tak heran jika di kota ini sering dijumpai bis-bis pariwisata nampak lalu lalang membawa para peziarah. Kabarnya, beberapa rekan juga sempat melakukan wisata ziarah ini.. :) Sama halnya dengan kota-kota lainnya, dibeberapa sudut kota, juga Saya jumpai gravity dari kelompok supporter setempat.. :D
Begitu tiba di area stadion, sudah tampak beberapa penjaja tiket pertandingan sore nanti yang berada di pinggir jalan menuju stadion. Area stadion Petrokimia Gresik atau yang biasa dikenal juga dengan stadion Tri Dharma Gresik merupakan sebuah komplek gedung olahraga serbaguna milik perusahaan pupuk PT. Petrokimia Gresik dengan kapasitas sekitar 30.000 orang. Stadion ini merupakan markas dari klub Persatuan Sepak Bola Gresik (PERSEGRES) atau yang biasa disebut Gresik United (GU). Suasana di kawasan stadion juga sangat rindang dengan pohon-pohon besar yang mengelilingi komplek gedung olahraga ini. Sementara di area loket, siang ini tampak sudah mulai dikunjungi warga masyarakat Gresik yang ingin menyaksikan pertandingan sore nanti.
Bangunan Stadion sendiri terletak di bagian belakang yang terpisah dari gedung serbaguna Tri Dharma, untuk tribun, stadion ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa stadion di daerah dengan pagar pembatas yang cukup rendah, hanya sekitar 2 meter saja. sementara di tribun VIP di sisi barat tertutup dengan canopy besar, sedangkan tribun disisi utara, timur dan selatan merupakan tribun terbuka dan tampak dibagian atasnya berjejer pohon-pohon besar sehingga tampak rindang pada bagian atas tribun. didalam stadion sudah tampak beberapa spanduk besar milik rekan-rekan Ultras Gresik yang nampaknya telah dipasang di pagar tribun sisi utara dan selatan sejak pagi tadi.
Setelah dirasa cukup berkunjung ke kompleks Tri Dharma, Saya kembali ke homebase untuk bersiap memberikan dukungan kepada tim Persija dalam pertandingan sore nanti, setelah tiba di homebase, bersama rekan Fahri dan kawan-kawan lainnya dari Ultras Gresik, Saya berkoordinasi untuk rencana kepulangan ke Jakarta setelah pertandingan usai nantinya, antisipasi kepadatan lalulintas dan moda transportasi yang akan digunakan juga menjadi bahan perhatian dalam koordinasi ini dan tak lupa, ini dia yang menjadi tradisi rekan-rekan belakangan ini jika melakukan tour ke daerah, membeli oleh-oleh.. :D Untuk urusan ini, rekan Inaa yang menjadi koordinatornya, dengan cekatan Inaa mendata siapa & berapa jumlah pesanan yang diminta rekan-rekan lainnya. Oleh-oleh kali ini berupa Jubung dan otak-otak ikan Bandeng.. :)sementara yang lainnya tampak mempersiapkan diri menjelang pertandingan, termasuk atribut “Giant Banner” Persija yang rencananya akan dibentangkan nanti di stadion. Sedangkan untuk tiket pertandingan, rekan Sontonk sudah sangat rapih berkoordinasi dengan rekan Alfa, sehingga tiket pertandingan sudah didapatkan dari semalam.
Menjelang pukul 14.00 WIB Saya bersama rekan-rekan lainnya mulai meninggalkan homebase untuk menuju stadion, sementara Giant Banner Persija dibawa oleh rekan Ari Prakoso bersama rekan Fahri dari Ultras Gresik dengan menggunakan sepeda motor. Tiba di stadion berbarengan juga dengan tibanya bus yang membawa pemain Persija dari Surabaya sehingga rekan-rekan lainnya langsung bergerak kearah bus untuk menyambut pemain bersama rekan-rekan Jakmania lainnya yang telah juga berada di area stadion.
Suasana didalam stadion belumlah begitu ramai ketika Saya masuk kedalamnya, sempat juga bertemu rekan Veeola dan rekan Hanif serta Bapak Ferry Paulus (Ketua Umum Persija) di lorong menuju lapangan. Setelah melewati lorong dan berkoordinasi dengan Panpel setempat untuk ijin khusus liputan foto, Saya bertemu dengan Bung Ferry yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Tim (Sektim) Persija Jakarta ketika akan keluar menuju lapangan dan Bung Ferry sempat melakukan obrolan singkat yang menarik dengan Saya waktu itu.. :) . Dari pinggir lapangan, beberapa spanduk dari kedua kelompok supporter telah berjejer rapi dipinggir pagar pembatas tribun disisi utara, barat & timur.
Beruntungnya, di partai away kali ini Saya dapat menyaksikan sesi pemanasan oleh para pemain Persija, karena biasanya Saya selalu saja tiba didalam stadion beberapa saat sebelum kickoff akibat berbagai penyebab.. :) para pemain Persija menggunakan jersey berwarna putih ketika masuk kedalam lapangan untuk sesi pemanasan yang langsung disambut dengan meriah oleh rekan-rekan Jakmania dari tribun sektor 6 di sisi selatan serta para penonton yang berada di tribun VIP di sisi barat. Sebagian rekan-rekan juga tampak memberikan semangat untuk para pemain dengan mengibarkan bendera Persija yang disambut dengan “applause” oleh beberapa pemain Persija.
Penonton perlahan-lahan memenuhi tribun stadion, tidak terlalu lama berselang tribun telah didominasi oleh warna kuning sebagai warna khas dari tim Gresik United. Pihak panpel juga tampak telah bersiap menggelar pertandingan ini. MC berkali-kali mengumumkan melalui pengeras suara di stadion bahwa pertandingan ini merupakan partai prestisius karena lawan mereka kali ini adalah tim Ibukota Persija Jakarta yang saat ini berada di papan atas klasemen ISL 2011-12 sambil sesekali memancing responds dari para supporter tuan rumah untuk memberikan applause bagi tim tuan rumah.. Good Job.. :)
Setelah segalanya dianggap telah siap oleh pihak Panpel, seperti biasanya, lagu pembuka “FIFA Fair Play Anthem” sebagai penanda dimulainya laga ISL dikumandangkan ke seantero penjuru stadion melalui pengeras suara yang telah tersedia. Para pemain keluar dengan berbaris rapi dari lorong bawah tribun VIP menuju lapangan. Sementara suasana di tribun tampak antusias menyambut tim kebanggaan masing-masing masuk kedalam lapangan. Di tribun supporter Persija tampak banner raksasa berlambang Persija naik secara perlahan hingga pada akhirnya menutupi tribun sektor 6 yang didominasi oleh warna oranye sebagai warna kebanggan tim Persija Jakarta. Setelah “Coin Toss” dilakukan, pertandinganpun dimulai.
Kalau melihat hasil akhir dari pertandingan ini, jelas mengecewakan bagi Saya dan seluruh pecinta Persija pastinya. Gresik United sukses mengungguli Persija di pertandingan ini dengan skor 2-0 melalui gol Gaston Castano (’56) melalui titik pinalti & Rachmad Rivai (’88). Saya sendiri enggan mengomentari kinerja wasit di pertandingan ini, karena memang kenyataannya ada beberapa peluang yang gagal dimanfaatkan menjadi gol oleh para pemain Persija. Lepas dari itu semua. Saya pribadi tetap menghargai kerja keras para pemain dalam pertandingan ini
Apapun hasilnya, selalu menarik mengamati suasana di tribun. Ada yang sedih, gembira, terharu, bangga, semuanya dikondisikan dengan situasi yang ada di lapangan. Di tribun selatan yang ditempati supporter Persija, pada pembukaan babak kedua tampil atraktif dengan aksi koreografi kertasnya yang disandingkan dengan Giant Banner Persija milik rekan-rekan JaKantor Community (JC) yang sangat serasi bersanding dengan aksi koreo kertas disampingnya, moment yang sayang untuk dilewati.. :)   Sementara di tribun supporter Gresik United juga tidak mau kalah dengan memainkan koreo kertas berwarna biru muda, mereka juga pantas dengan bangga mengibarkan bendera-bendera kebesaran mereka yang disertai pesta flare, Saya mencatat mereka juga menyalakan “red hand rocket” di tribun selatan setelah unggul 1-0 atas tim tamu. Sementara aksi parade flare di tribun supporter Persija diakhir pertandingan, Saya sepakat dengan rekan Joy yang menyatakan ini adalah parade flare yang paling berantakan dari yang pernah dilakukan oleh rekan-rekan JC sebelumnya.. :D
Sebenarnya disaat pertandingan berlangsung di babak kedua, terjadi provokasi dari beberapa oknum yang diduga bukan berasal dari kelompok supporter Gresik yang melempari batu-batu kedalam tribun supporter Persija dari luar stadion, tercatat beberapa kali aksi provokasi ini berlangsung dan diresponds oleh rekan-rekan dengan melempari kembali batu-batu tersebut kearah mereka. Namun secara umum situasi dapat dikendalikan dengan baik hingga akhir pertandingan. etelah pertandingan rombongan supporter Persija diarahkan untuk keluar melalui pintu barat setelah semua supporter Gresik keluar dari stadion terlebih dulu. Saya dan beberapa rekan juga sempat tertahan beberapa lama di area luar stadion akibat adanya isu sweeping oleh kelompok suporter tertentu. Namun mengingat harus mengejar waktu untuk menuju kembali ke Jakarta melalui kota Surabaya, pada akhirnya Saya dan rekan-rekan semua tetap berjalan keluar stadion menuju homebase dengan ditemani beberapa rekan dari Ultras Gresik.
Setiba di homebase, ternyata kendaraan yang awalnya sudah dipesan untuk mengangkut Saya dan rekan-rekan ke Surabaya membatalkan perjanjian untuk mengantar ke Surabaya dengan berbagai alasan. Malam ini memang berbarengan dengan baru selesainya pertandingan LPI antara Persebaya vs Persema di Surabaya.. :) rencananya memang kendaraan tersebut awalnya diplot untuk mengantar ke Stasiun Pasar Turi dan Bandara Juanda di Surabaya, karena waktu yang semakin mepet, pada akhirnya diputuskan untuk memecah rombongan ke Surabaya dengan menggunakan 3 unit taksi. Saya bersama rekan Arjunz menggunakan satu taksi menuju Bandara Juanda untuk kembali ke Jakarta dengan menggunakan pesawat udara, sementara dua unit taksi digunakan rekan Joy, Opan, Boby, Ariz, Icha, Arie, Dedi, Junot & Ari Prakoso menuju stasiun Pasar Turi Surabaya yang akan kembali ke Jakarta dengan KA. Argo Bromo Anggrek. Sementara rekan Sontonk, Amie, Ryan, Sapari, Lionel & Inaa baru akan kembali ke Jakarta keesokan harinya. pada away kali ini memang hanya JC yang stay di Gresik, sementara rombongan The Jakmania memilih untuk stay di kota Lamongan.
Dikarenakan beda pesawat, Saya dan Arjunz berpisah saat melakukan boarding pass di Bandara Juanda, Arjunz di gate 4 dan Saya di gate 8. Ketika menunggu pesawat di gate 8, entah kenapa begitu saja saya iseng menulis status di Blackberry dengan status singkat “GA333 Semoga Tidak Delay”. Selang beberapa lama kemudian rekan Veeola meresponds status Saya dengan menanyakan waktu Takeoff pesawat, tak lama kemudian L23S juga menanyakan posisi Saya di Bandara.. Dan ternyata malam itu rekan Hanif bersama L23S dan B20P juga kembali ke Jakarta dengan pesawat yang sama dengan Saya.. :) Pesawat takeoff sesuai dengan schedule dan mendarat di bandara Soekarno Hatta, sekitar pukul 23.30 WIB. L23S yang jalannya terpincang-pincang akibat terkena hantaman pemain Gresik United di pertandingan tadi sore, mengajak Saya untuk satu taksi kembali ke rumah, karena memang kebetulan routenya searah, sempat mampir sebentar ke angkringan di Tanjung Duren untuk menikmati kopi untuk selanjutnya kembali ke rumah masing-masing.
Kunjungan yang singkat ke Gresik, datang pagi hari dan kembali malam harinya setelah selesai pertandingan..  namun berkesan.. Terimakasih untuk rekan Alfa & Keluarga, Fahri dan rekan-rekan Ultras Gresik yang telah membantu Saya dan rekan-rekan selama berada di Gresik..