Saturday 18 February 2012

♣ hooligan ♣

bacaan malam ini!!

Budaya Salah Kaprah Hooliganisme di Indonesia

HOOLIGAN. Mungkin inilah sebuah kata yang saat ini sedang sangat populer dikalangan penikmat sepakbola Negeri ini. Nama Hooligan saat ini memang telah menjadi sebuah trend dikalangan supporter Indonesia layaknya Skinhead, Punk atau Mods. Contoh kecil, ratusan bahkan ribuan orang memakai nick name kata Hooligan ini pada akun jejaring sosial mereka. Belum lagi ratusan design tshirt/sweater/jacket yang menunjukan bahwa mereka si pemakai adalah seorang Hooligan Sepakbola sebuah tim di Indonesia. Dan masih banyak gejala sosial lainnya yang menunjukan Hooligan saat ini menjadi sebuah trend dikalangan para supporter di tanah air.

Tapi tahukah mereka apa arti sebenarnya dari kata Hooligan tersebut? Kata Hooligan sendiri tidak hanya berfungsi menjadi kata benda (noun) saja yang berarti pendukung fanatik tim Inggris. Dalam konteks yang lebih luas, Hooligan bisa pula berfungsi menjadi kata sifat (adjective), kata kerja (verb), dan kata keterangan (adverb). Semua kelompok kata tersebut mewakili perilaku, sifat, pekerjaan atau perbuatan, dan keterangan atau keadaan yang menggambarkan perilaku tidak sportif, tidak jantan, tidak mau mengakui dan menerima kekalahan, anarki, destruktif, serta fanatisme buta. Jadi, Hooligan bukan hanya ada dalam kamus persepakbolaan, melainkan juga dapat diadopsi dalam realitas yang lain, termasuk politik. Hooliganisme diartikan sebagai tindakan atau perilaku kekerasan dan destruktif. Istilah Hooliganisme sendiri sudah muncul sejak akhir abad ke 19 tepatnya pada 1898 di Inggris.

Hooligan sendiri mengandung artian fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotip supporter dari Negara Inggris, tetapi saat ini telah menjadi sebuah fenomena global. Sebagian besar dari para Hooligan ini merupakan para back-packer yang sangat berpengalaman dalam bepergian. Mereka sering menonton pertandingan yang sangat beresiko besar. Banyak dari mereka sering keluar masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik dengan supporter musuh maupun dengan pihak keamanan sebuah wilayah. Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan dengan sangat matang untuk sebuah perkelahian. Mereka sangat jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim idolanya, dan memilih berpakaian asal-asalan agar tidak terdeksi oleh pihak keamanan dan pendukung musuh. Para Hooligan ini biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama, tetapi berpencar-pencar. Dan satu yang pasti tujuan utama para Hooligan ini hadir dalam sebuah pertandingan yaitu ingin membuat sebuah keributan, dan menonton sebuah pertandingan menjadi tujuan mereka selanjutnya.

Lalu apakah keadaan ini sejalan dengan tingkah laku para supporter di Negeri ini? Jawabannya sudah pasti sangat jauh sekali. Dalam kamus para Hooligan, kehadiran mereka di arena pertandingan mungkin hanya menyanyikan dan mengumandangkan chants-chants tim kebangsaan mereka dan tidak pernah mengenal dengan yang nama nya tetabuhan tambur dan tari-tari an di dalam stadion layaknya supporter di Indonesia. Selain itu pun para Hooligan tidak mengenal dengan yang namanya flair berwarna dan berasap tebal atau beraneka ragam petasan yang selama ini sering terlihat dan menjadi ciri khas stadion-stadion di Indonesia (karena hal ini merupakan ciri khas para Ultras). Sangat disayangkan Hooligan di Indonesia saat ini lebih diartikan menjadi sebuah trend bahkan fashion, karena namanya yang sangat keren dan kebarat-baratan. Mereka cenderung menjadi seorang fashion victim/poser, yang memakai sesuatu tanpa tau maksud dan tujuan dibalik pakaian/atribut yang mereka gunakan. Memakai tshirt dengan kata-kata yang super menakutkan dan menunjukan seorang Hooligan sejati, tetapi untuk melakoni laga away saja harus berfikir berpuluh-puluh kali karena kota A dan B bukan bagian dari teman kelompok mereka. Apakah seperti ini layak menyandang ‘gelar’ seorang Hooligan? Inilah budaya salah kaprah yang terjadi dikalangan para pecinta sepakbola tanah air selama ini. Kenapa kita tidak percaya diri untuk memakai dan mengembangkan culture kita sendiri yang sudah turun menurun dan cenderung bangga memakai culture luar. Sudah saat nya kita semua kembali pada culture budaya kita sebagai orang timur, termasuk dalam hal menjadi seorang supporter sepakbola. Mengapa harus bangga menggunakan kata-kata Hooligan, Ultras, atau sejuta kata keren lainnya yang jelas-jelas bukan milik kita. Perkenalkan budaya kita pada dunia bukan kita yang menjadi korban budaya dunia.




Football Against Racism
mari kita mulai BELAJAR YANG BENAR







SEJARAH HOOLIGAN


Konon, dalam dunia sepak bola tidak dikenal latar belakang sosial. Di dalam sepak bola hanya ada satu agama, budaya, suku, dan ras. Akan tetapi, tidak selamanya sepak bola berhasil menyatukan para penggemarnya. Fanatisme berlebihan yang ditunjukkan para suporternya membuat wajah sepak bola menjadi garang dan sangat mengerikan. Dari fanatisme kemudian lahir bibit-bibit hooligan, yaitu manusia-manusia agresif dan brutal bila tim kesayangan yang digadang-gadang untuk menang menjadi pecundang.
Bagi penggila sepak bola, istilah hooligan bukanlah kosa kata asing lagi. Sebutan hooligan merujuk pada fans fanatik Inggris yang hampir di setiap pertandingan berbuat ulah, ricuh dan rusuh. Dalam banyak kasus, terlebih saat Inggris mengalami kekalahan dalam pertandingan tandang maupun di kandang sendiri, hooligan kerap berurusan dengan kepolisian karena tidak menunjukkan perilaku sportif yang berujung anarkistis.
Jika melihat tampilan para hooligan, dalam keadaan biasa, memang lucu kelihatannya. Namun, begitu mereka beraksi, tak ada lagi yang patut ditertawakan. Mereka suka mabuk-mabukan, muntah, dan kencing sembarangan. Berkelahi dengan siapa saja yang dijumpainya, terutama terhadap pendukung musuh kesebelasannya. Polisi pun tidak segan dilabrak.
Penyakit hooliganisme tersebut kini menular ke seluruh penjuru dunia, mulai dari daratan Eropa, ujung Afrika, pedalaman Cina hingga pelosok Indonesia. Bahkan, hooliganisme di negeri ini selain mendorong anarkisme di dalam stadion, juga menyulut banalisme di luar stadion.
Kisah kekerasan suporter bola, termasuk di Indonesia, melahirkan tanda tanya besar di benak kita: ada apa dengan sepak bola dan suporternya? Sejak kapankah hooligan muncul dalam dunia sepak bola? Buku The Land of Hooligans ini secara lugas mengisahkan sejarah para perusuh sepak bola di berbagai negara. Penulis juga berusaha mengurai variabel sosial yang melingkari seluk-beluk hooliganisme.
Ini hanya satu di antara puluhan buku, atau bahkan ratusan buku, yang pernah ditulis mengenai kekerasan suporter sepak bola. Tapi, buku ini punya keistimewaan sebab mencatat kronik sejarah secara detail dan mengungkap sisi-sisi terdalam yang tidak pernah ditulis sebelumnya.

Asal-usul hooliganisme:
Istilah hooliganisme muncul sejak akhir abad ke 19, tepatnya pada 1898 di Inggris. Tak heran jika Inggris adalah gudang penghasil hooligan yang paling padat. Sementara studi mengenai suporter sepak bola dimulai akhir 1960-an. Sejak itu pula, ada kepedulian politis, sosial, dan media yang besar terhadap hooliganisme sepak bola Inggris.
Puncak aksi hooliganisme terjadi pada 29 Mei 1985 ketika suporter Liverpool menyerang suporter Juventus dalam final Champions Cup di Stadion Heysel, Brussel, Belgia. Peristiwa ini bermula dari pendukung masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Kemudian, para pendukung Juventus mulai melemparkan kembang api ke arah pendukung Liverpool. Huru-hara pun meledak. Akibat peristiwa itu, 39 orang tewas mengenaskan.
Kisah-kisah kekerasan hooligan terus mewarnai dunia sepak bola, termasuk dalam pertandingan derby. Di Skotlandia, yang paling sering terjadi adalah perang antar-suporter Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Celtic adalah klub yang dianggap mewakili agama Katolik, sedangkan Rangers mewakili Protestan.
Masing-masing hooligan siap bertaruh nyawa. Suporter Rangers sering menamakan diri Billy Boys, yakni geng yang menghabisi umat Katolik Glasgow semasa Perang Dunia I dan II. Akibatnya, derby kedua klub ini selalu panas. Pendukung kedua klub pun sering terlibat bentrok sebab setiap Celtic dan Rangers bertanding, olok-olokan suporter saling menyerang identitas agama kedua pihak.
Di Italia, pertandingan derby Inter Milan versus AC Milan disebut-sebut sebagai perang kaum miskin (Milan) melawan kaum kaya (Inter). Konteks yang sama terjadi pula di Turki. "Derby Istanbul" yang memertemukan Fenerbahce versus Galatasaray adalah pertandingan yang dianggap sebagai perang kaum miskin (Fenerbahce) versus aristokrat (Galatasaray).

Permainan kelas bawah
Secara sosiologis, popularitas sepak bola mempresentasikan permainan kelas bawah. Maklum, media massa sebelum era 1995-an masih senang mencemooh sepak bola milik kelas proletar di Eropa, milik masyarakat Dunia Ketiga di Asia dan Amerika Latin, dan milik penduduk terbelakang di Benua Afrika.
Sebagaimana ditulis Jim White dalam buku Manchester United; The Biography (edisi 2009)., sepakbola memang tidak bisa dipisahkan dari persoalan sosial. Apa yang terjadi di antara suporter itu adalah fenomena sosial yang kompleks. Menurut survey pada 1960 terhadap 520 perusuh Inggris yang ditahan polisi menunjukkan, kelompok terbesar dari mereka adalah buruh kasar (68,1%).
Kaum buruh menyukainya karena sepak bola adalah orahraga kasar. Kenyataan menegaskan, sebagian besar pemain sepak bola, kendati sekarang sudah menjadi jutawan atau miliarder, berasal dari lingkungan buruh. Dengan sendirinya sepak bola menemukan akar yang kuat di komunitas buruh.
Sosiolog John William dari Leicester University yang memimpin penelitian tentang kekerasan dalam sepak bola menemukan fakta lain. Kini, muncul kesadaran baru di kalangan buruh, yaitu bangga pada kulturnya yang kasar. Alasannya, tidak berubahnya status mereka dalam jangka waktu yang panjang membuat kelompok ini patah semangat untuk mengubah keadaanya. Kompetisi dalam sepak bola lalu dianggap relevan sebagai sikap pelarian.
Frustasi dalam hidup bermasyarakat kerap dijadikan alasan melancarkan agresi dan tidak banyak sarana untuk menyalurkannya. Dalam hal ini, pertandingan sepak bola yang dipadati ribuan penonton 'dibajak' sebagai sarana pelampiasan. Karena itu, sesungguhnya ada mata rantai antara kekerasan dalam sepak bola dan agresi sosial tersebut.
Salah satu pihak yang turut bertanggungjawab mematahkan mata rantai itu adalah pemain. Pemain sejatinya menampilkan permainan yang menarik tanpa kekerasan. Begitu memeragakan kekerasan, dia wajib dihukum seberat-beratnya sehingga dapat meredam emosi suporter dan pertandingan bisa berjalan lebih sportif.
Itulah sepak bola yang memiliki kisahnya sendiri. Apa yang ingin ditegaskan Hari Wahyudi dalam buku ini, senyatanya pertandingan sepak bola akan berlangsung memesona jika pemain masing-masing kesebelasan dapat menampilkan skil permainan yang berkelas, panitia pertandingan bisa menjamin keamanan penonton, suporter boleh mati-matian mendukung tim kesayangannnya tanpa harus melecehkan tim lawan, juga segenap pengurus tim maupun yang ada di pusat mampu mengelola pertandingan secara dewasa dan profesional

sumber :
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=283486937




7 hooligan inggris yang paling berbahaya
millwall bushwackers
Spoiler for :


mereka adalah supporter fanatik klub sepakbola millwal. Nama bushwackers mereka ambil dari "plesetan" nama penyerbuan ketika perang saudara di amerika. Dan nggak ada yang mau cari gara-gara dengan hooligan satu ini. Mereka bahkan punya senjata khusus yang dirancang sendiri untuk menyerang supporter lawan, mereka menyebutnya dengan "the millwal brick".

Pada puncak kegiatan mereka di 1980-an, bushwackers kerap membuat ulah serius selama pertandingan, dan bertanggung jawab atas beberapa kerusuhan terburuk dalam sepakbola inggris. Dan mereka bangga dengan kelakuannya itu.

Walaupun setelah itu mereka tidak "segarang" sebelumnya, namun 2 supporter wolverhampton tewas dibuatnya. Ditusuk oleh pisau stanley. Sementara di tahun 2002 lebih banyak lagi pertumpahan darah ketika malam pertandingan play off versus birmingham city. Polisi menggambarkan kejadian malam itu sebagai kekerasan terburuk dan menjadi reputasi bushwackers yang tidak akan tertandingi.


birmingham zulus
Spoiler for :


kembali ke tahun 70-an, teriakan "zulu, zulu!" dijalanan birmingham hanya memiliki arti ; ksatria zulu, birmingham city yang terbaik dan provokasi untuk menantang bertempur.

Dikenal karena anggotanya yang berasal dari berbagai latar belakang etnis, hooligan satu ini adalah salah satu yang paling ditakuti era 80-an - dan mereka tetap penyebab utama kerusuhan. Bentrokan kekerasan seringkali terjadi dengan pendukung klub rival aston villa pada hari derby, dan zulu yang dikenal keras mempertahankan wilayah mereka dari serangan hooligan lain.

Di antara sekian banyak insiden yang dipicu oleh ksatria zulu ini adalah serangkaian kerusuhan di cardiff pada tahun 2001 yang menyebabkan satu pub hancur, satu orang diserang dan sembilan lagi dibawa ke rumah sakit.

Kemudian pada tahun 2006, sekitar 200 fans birmingham merobohkan pagar yang memisahkan mereka dari fans stoke setelah pertandingan piala fa, perang pun pecah, dan polisi tidak luput dari serangan zulu. Seorang perwira senior menggambarkan kerusuhan ini sebagai "kekerasan ekstrim".


aston villa hardcore
Spoiler for :


hooligan terkenal lainnya yang berbasis di birmingham adalah aston villa hardcore. Berafiliasi dengan klub aston villa atau dikenal sebagai the villains. Dan reputasi mereka juga tidak kalah sengitnya dibanding rival sekotanya.

Pada "pertempuran rocky lane" pada tahun 2002 menyebabkan beberapa gangguan serius di daerah aston setelah pertandingan antara villa dan birmingham city yang menyebabkan penangkapan 15 orang hooligan.

Kemudian pada tahun 2005, anggota hooligan, steven fowler, yang telah dipenjarakan selama enam bulan dalam perang tahun 2002, harus kembali mendekam di penjara untuk 12 bulan kemudian karena terlibat dalam serangan terorganisir antara hardcore villa dan headhunter chelsea di king's london's cross tahun 2004.

Juga pada tahun 2004, beberapa hooligan villa terlibat dalam pertempuran dengan fans quens park ranger di luar villa park di mana seorang pramugara meninggal ketika menyeberang jalan.


inter city firm
Spoiler for :


sekelompok hooligan yang aktif dari tahun 1970an sampai tahun 1990, yang mereka menamainya dengan inter city firm (icf). Supporter fanatik dari klub london, west ham united.

Dinamakan inter city sesuai dengan nama kereta yang mereka pakai untuk menyaksikan pertandingan away. Inter city firm mempunyai kebiasaan unik dimana mereka meninggalkan kartu di tubuh lawan yang mereka serang dengan tulisan yang tertera: "selamat, anda baru saja bertemu dengan icf."

meskipun sama-sama menyukai kekerasan, cass pennant, seorang yang berpengaruh di icf menyatakan icf berbeda dengan hooligan lainnya yang umumnya mereka rasis dan berhaluan neo-nazi. Namun tetap saja mereka bukanlah teman-teman yang baik.

Banyak contoh ekstrim perilaku kekerasan mereka telah didokumentasikan, bentrokan sering terjadi dengan hooligan saingannya bushwackers millwall.


6.57 crew
Spoiler for :


dihubungkan dengan tim liga utama inggris portsmouth fc, dan dinamai berdasarkan waktu kereta yang membawa mereka ke stasiun waterloo london pada hari sabtu yaitu pukul 06:57. 6,57 crew adalah salah satu kumpulan hooligan terbesar selama tahun 1980-an, dan telah menyebabkan kekacauan di seluruh negeri.

Pada tahun 2001, mereka bertempur dengan fans coventry city di kandang conventry, merobek kursi dan melemparkan "molotov" ke lawan mereka.

Pada tahun 2004, 93 anggota mereka ditangkap - termasuk anak 10 tahun yang menjadi hooligan termuda dalam sejarah hooliganisme inggris - mereka berulah dan memulai kerusuhan massa sebelum dan setelah pertandingan melawan saingan southampton, di mana polisi diserang dan toko-toko dijarah.

Lebih dari seratus hooligan portsmouth dilarang bepergian ke piala dunia 2006 di jerman karena dinyatakan bersalah atas kejahatan yang berhubungan dengan sepak bola.


the red army
Spoiler for :


manchester united adalah salah satu klub sepakbola terbesar dengan permainan yang indah, sehingga supporter fanatik mereka, the red army, dapat dikatakan memiliki jumlah terbesar dengan tingkat hooliganisme tinggi di britania.

Sementara nama the red army juga digunakan untuk merujuk kepada fans man united pada umumnya, pada pertengahan 70-an nama itu menjadi identik dengan beberapa insiden menentukan dalam hooliganisme inggris.

Bentrokan massal terekam pada tahun 1985. Kala itu the red army berseteru dengan hooligan west ham disekitaran kota manchester.


chelsea headhunters
Spoiler for :


dihubungkan dengan klub kota london, chelsea, headhunters merupakan klub hooligan rasis yang juga kadang di kaitkan dengan front nasional dan paramiliter combat 18.

Pada 1999, headhunter telah disusupi oleh seorang reporter bbc yang menyamar sebagai anggota tapi punya tato singa yang salah (fans berat chelsea pasti tau logo singa chelsea) - kesalahan berisiko yang membuat geram para headhunters.

Mantan pimpinan headhunters, kevin whitton, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 1985 setelah melakukan suatu serangan yang dianggap sebagai salah satu insiden hooliganisme sepak bola terburuk yang pernah ada di inggris. Ketika itu chelsea mengalami kekalahan, whitton dan lainnya masuk ke sebuah bar sambil berteriak, "perang, perang, perang!!". Beberapa menit kemudian manager bar yang berasal dari amerika tersungkur sekarat dan seorang hooligan berteriak kepadanya, "kalian orang amerika datang ke sini dan mengambil pekerjaan kami!

REFERENSI FILM TENTANG HOOLIGANS


















BUAT YANG ADA MASALAH DENGAN DONLOT, PM ANE AJ TOW MASUK KESINI:
♣ jual film2 hooligans & ultras ♣
REFERENSI BUKU TENTANG HOOLIGANS:






http://football-hooligans.info/?p=302
Quote:
Originally Posted by RUANGSEMU View Post
Ane mau coba berbagi tentang buku tentang hooligan


Spoiler for buku:

Spoiler for Ultras dan Hooligans Sepakbola di Seluruh Dunia:
List Ultras dan Hooligans Sepakbola di Seluruh Dunia yang terkenal militan dan keras dalam membela klub sepakbola yang mereka banggakan.
Untuk sementara baru ultras yang berasal dari Eropa yang baru dapat share-kan kepada para penggila sepakbola.


================================================== =======================
Denmark
AAB – Aalborg Frontline, Aalborg Casual Youth, Boys Republic
AGF – White Pride
Brøndby IF – Blue Front, Southside United, Suburban Casuals, Suburban Baby Crew Copenhagen – Copenhagen Casuals, Copenhagen Casuals Youth Division, CC Young Boys, Squad 92
HIK – Hellerup Hooligans
Lyngby – Blue Army
Næstved BK – Green City Casuals – Odense Casuals
================================================== =======================


England
Aldershot Town. – A-Company
Arsenal F.C. – Gooners, The Herd
Aston Villa F.C. – Villa Youth, Steamers, Villa Hardcore, C-Crew
Barnet. – BUGS (Barnet Urban Gorillas)
Barnsley – Five 0
Birmingham City F.C. – Zulus
Blackpool F.C. – The Muckers, BTS (Blackpool Tangerine Service)
Bolton Wanderers – cuckoo youth squad and bolton service youth
Bradford City A.F.C. – The Ointment
Brighton and Hove Albion. – Headhunters
Bristol City F.C. – CSF City Service Firm
Bristol Rovers. – Gas Hit Squad
Burnley F.C. – Suicide Squad
Cardiff City – Soul Crew
Carlisle United – Border City Firm
Chelsea F.C. – Headhunters
Chester City. – 1 2 5′s
Coventry City – Legion
Crystal Palace – Dirty 30
Derby County F.C. – Derby Lunatic Fringe
Everton F.C. – County Road Cutters
Exeter – Sly Crew
Fulham. – Thames Valley Travellers
Hereford United. – ICF (Inter-City Firm)
Huddersfield Town. – HYC (Huddersfield Young Casuals)
Hull City F.C. – Hull City Psychos, The Minority
Leeds United A.F.C. – Leeds United Service Crew
Leicester City – Baby Squad
Lincoln City F.C – Lincoln Transit Elite
Liverpool F.C. – The Urchins
Luton Town F.C. – The MIGs
Manchester City F.C. – Guvnors, Maine Line Service Crew
Manchester United F.C. – The Red Army, Inter-City Jibbers, Cockney Reds
Middlesbrough F.C. – The Frontline
Millwall F.C. – Bushwackers, The Treatment
Newcastle United F.C. – The Gremlins
Northampton Town – Northampton Affray Team
Norwich City NHS – (Norwich Hit Squad)
Nottingham Forest F.C. – Forest Executive Crew
Oldham Athletic – Fine Young Casuals
Oxford United. – Warlords
Peterborough United. – PTC (Peterborough Terrace Crew)
Plymouth Argyle – The Central Element
Portsmouth F.C. – 6.57 Crew
Port Vale – Lunatic Fringe
Preston North End F.C. – Preston Para Squad
Reading. – Berkshire Boot Boys
Rotherham United. – Rotherham Casuals, SECTION 5
Sheffield United F.C. – Blades Business Crew
Sheffield Wednesday F.C. – Owls Crime Squad
Shrewsbury Town – EBF English Border Front
Southampton. – Inside Crew, The Uglies, Surburban Casuals
Southend – CS Crew
Stockport County – CSY
Stoke City F.C. – Naughty Forty, U 5′s Boys Nutters
Swansea City – Jacks
Sunderland A.F.C. – Seaburn Casuals
Tottenham Hotspur F.C. – Yid Army, Yid Army Youth, Yiddos, N17s
Walsall F.C. – SYC Swift Young Casuals
West Bromwich Albion – Section Five
West Ham United F.C. – Inter City Firm
Wolverhampton Wanderers – Subway Army
Wrexham. – Frontline
York City. – YNS (York Nomad Society)
================================================== ======================


Belgium
Royal Sporting Club Anderlecht – Mauves Army
================================================== ======================


Bulgaria
Levski Sofia – Sofia West, South Division, Sini Voini
Loko Pl – Lauta Hools
Cska – Cherveni Putki
================================================== ======================


Croatia
Dinamo Zagreb – Bad Blue Boys
Hajduk Split – Torcida Split
================================================== ======================


Finland
HIFK – IFKs Yngre Grabbar
HJK – Sakilaiset
================================================== ======================


France
Paris Saint-Germain – Commando Pirate, Casual Firm, Indépendants
================================================== ======================


Germany
Eintracht Frankfurt – Adlerfront
Werder Bremen – Standarte Bremen
Borussia Mönchengladbach – Alte Kameradschaft MG, Frontline
================================================== ======================


Greece
Panathinaikos – Gate 13
================================================== ======================

Indonesia
Gresik
– UltrasMania
================================================== ======================



Israel
Beitar Jerusalem – La Familia
================================================== ======================


Italy
Atalanta, Italy – Brigate Neroazzurre & Wild Kaos
Hellas Verona, Italy – Brigate Gialloblu
Inter Milan, Italy – Boys San
Roma – The Ultra’s
SS Lazio, Italy – Irriducibilli
================================================== ======================
Netherlands
AFC Ajax – F-side
FC Twente – Vak-P


================================================== ======================


Northern Ireland
Linfield – Section F
================================================== ======================


Norway
Aalesunds FK / SPK Rollon – Blue Army Aalesund / Blue Army Rollon
Fredrikstad FK – Brigade Rød Hvit (BRH)
Ham-Kam – Briskebys Beste Borgere (BBB)
I.K. Start – Christianssands Herreekvipasje (CHE)
Lillestrøm SK – Sportsklubbens fineste (SKF)
S.K. Brann – TjuaGutteneBergen (TGB)
Viking FK – Stavanger Yngre (SYC)
Vålerenga I.F. Fotball – Isko Boys, Enga Casuals, Enga Yngre (IB,EC,EY)
================================================== ======================


Poland
Cracovia Kraków – Jude Gang
Lech Poznań – Brygada Banici[64]; Young Freaks ’98
Górnik Zabrze – Torcida
Lechia Gdańsk – Młode Orły
Legia Warszawa – Teddy Boys 95
Pogoń Szczecin – Terror Corps
Ruch Chorzów – Psycho Fans
Śląsk Wrocław – Fighters
Widzew Łódź – Destroyers
Wisła Kraków – Sharks
GKS Katowice – Persona Non Grata
Zagłębie Sosnowiec – Zagłębie Sosnowiec Hooligans
================================================== ======================


Russia
CSKA Moscow – Red-Blue Warriors, Yaroslavka
Spartak Moscow – Gladiators Firm ’96, Union
Zenit Saint Petersburg – Music Hall
Lokomotiv Moscow – Red-Green Vikings, Trains Team, Mad Dobermans Firm, Steam Engines
================================================== ======================


Scotland
Aberdeen F.C. – Aberdeen Soccer Casuals
Airdrie United F.C. – Section B
Celtic F.C. – Celtic Soccer Crew
Dundee F.C. & Dundee United F.C. – The Utility
Falkirk – Falkirk Fear
Heart of Midlothian F.C. – Casual Soccer Firm
Hibernian F.C. – Capital City Service
Motherwell F.C. – Saturday Service
Montrose – Portland Bill Seaside Squad
Morton – Morton Soccer Crew (MSC)
Partick Thistle F.C – North Glasgow Express
Rangers F.C. – Inter City Firm
St Johnstone – Fair City Firm
St Mirren – Love Street Division
================================================== ======================


Spain
Racing de santander – Juventudes Verdiblancas
================================================== ======================


Sweden
AIK (football club) – Firman Boys;Baby Boys;AIK Young Boys
BS BolticGöta/Degerfors IF/Färjestads BK – Värmlandsalliansen
Djurgårdens IF – Djurgårdens Fina Grabbar, Djurgårdens Mindre Grabbar, Djurgårdens Yngsta
IFK Göteborg – Wisemen, Gothenburg Youth Division Youth Crew Gothenburg
IFK Norrköping – Norrköpings Grabbar, Norrköpings Yngre
GAIS – Gärningsmännen, Gais Yngre, Gais Babys
Grabbar, Norrköpings Yngsta
Hammarby IF – Kompisgänget Bajen, Bajen Baby Squad Bajens Yngsta
Helsingborgs IF – Frontline, Hbg Yngre
Kalmar FF – Kalmarfamiljen
Linköpings HC – Cluben Casuals
Malmö FF – Sky Blue Crew
Västerås SK – VSK Casuals
Örebro SK – Örebroderskapet
================================================== ======================


Ukraine
CSKA (Kiev) – WP, Twenty Firm
================================================== ======================


Wales
Cardiff City – Soul Crew
Swansea City – Jack Army
================================================== ======================


perbedaan hooligans dengan ultras

HOOLIGAN memiliki arti yaitu fans bola yang brutal ketika tim bolanya kalah bertanding. HOOLIGAN merupakan stereotip sepakbola dari INGGRIS..tapi kemudian menjadi fenomena global...sebagian besar dari HOOLIGAN adalah para backpacker yang telah berpengalaman dalam bepergian...mereka sering menonton pertandinganyang beresiko besar..banyak dari mereka sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik...untuk mengantisipasi adanya kerusuhan,,gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan untuk berkelahi..mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim mereka...dan memilih pakaian asal-asalan agar tak dideteksi oleh polisi...meski demikian,,mereka tidak menggunakan senjata...para HOOLIGAN biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama dalam stadion,,tapi mereka berpencar-pencar...

ULTRAS diambil dari bahasa latin yang berarti "diluar kebiasaan"...kalangan ULTRAS tidak pernah berhenti menyayikan yel-yel tim favoritnya selama pertandingan berlangsung...mereka bahkan rela berdiri sepanjang pertandingan dan menyalakan gas warna-warni (flare) untuk mencari perhatian...gerakan-geraka
n seperti mexican move (ombak) yang kadang mereka lakukan adalah hasil instruksi dari ultras yang sangat kreatif kepada penonton yang lain..karakter ULTRAS sangat tempramental,,tidak jauh beda dengan HOOLIGAN,jika timnya kalah bertanding dan diremehkan....namun,,berbeda dengan HOOLIGAN,,tujuan mereka adalah mendukung tim,,bukan untuk unjuk kekuatan lewat fisik...anggota ultras adalah mereka yang loyal dan setia tim favoritnya cukup lama....


Quote:
Originally Posted by Hard_live View Post
Mantep Nih treadnya Ts, ane Kasih lima bintang deh...

sedikit Menambahkan Tentang Ultras
Spoiler for ULTRAS:
Ultras, berasal dari bahasa latin “Ultra” yang berarti lebih, Mendukung sebuah klub kesayangannya diatas rata – rata penonton biasa. Seorang Ultra sejati tidak mengikuti mode dan hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain. Seorang Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika diperlukan.

Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua. Saat orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.

Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.

Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi).

Menjadi Ultra Harus mengorbankani emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA!

FOOTBAL WITHOUT ULTRAS IS NOTHING

No comments:

Post a Comment