Sunday 9 October 2011

Kematian Prematur Bintang-bintang Rock

"Remember when you were young,

you shone like the sun,

shine on you crazy diamond

Now there’s a look in your eyes,

like black holes in the sky,

shine on you crazy diamond

You were caught on the cross fire

of childhood and stardom".

Lagu Roger Waters (Pink Floyd) yang diambil dari nomor Shine On You Crazy Diamond dalam album Wish You Were Here (1975) ini mencerminkan riwayat prematur yang dijalani oleh bintang-bintang musik rock klasik era tahun 1970-an. Akibat kehidupan yang serba berlebihan, termasuk mengkonsumsi narkotika dan alkohol, siklus kehidupan mereka sejak tenar sampai mati konyol, terasa sangat cepat.

Kehidupan eksesif bintang- bintang rock klasik tersebut tidak lepas dari gemuruh zaman 1960-an di dunia Barat, yang sangat hiruk-pikuk dengan warna-warni tuntutan pembaruan politik, ekonomi, dan sosial. Dekade 1960 memang menjadi era gerakan kontrakultur yang dipelopori oleh generasi muda yang diwakili oleh simbol perlawanan The Beatles di Inggris yang bisa disederhanakan lewat satu kata, yakni "gerakan antikemapanan".

Dengan mengatasnamakan kelas buruh, The Beatles menggugat sistem kelas masyarakat Inggris yang sudah terlalu mapan yang dikuasai kelompok darah biru, golongan politikus konservatif maupun kaum pemilik modal. Dengan perbendaharaan politik yang terbatas, The Beatles menjadi pelopor revolusi melalui musik.

Ternyata, sebuah revolusi membutuhkan kerja keras juga. John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr, membutuhkan masa selama bertahun-tahun untuk memulai karier dan bisnis musik yang sangat melelahkan.

Ketika dikontrak oleh sebuah klub malam di Hamburg (Jerman), Lennon dan rekan-rekannya terpaksa menenggak doping dicampur alkohol supaya bertahan manggung dari petang sampai pagi. Tatkala lagu-lagu hit mereka memulai fenomena Beatlemania, dan mereka merambah ke dunia film, pilihan untuk tetap stoned dan kuat bukan cuma doping dan alkohol. Mulailah mereka mengisap ganja yang diperkenalkan kepada The Beatles oleh Bob Dylan.

Ketika The Beatles menyandang gelar para bangsawan musik pop, dengan alasan untuk melancarkan kreativitas, narkotika jenis LSD sudah tersedia di mana-mana. Tidak lama kemudian, terjadi verifikasi penggunaan narkotika secara luas sampai heroin, morfin, dan lain-lainnya.

Untuk menapak sukses seperti Lennon, jejak The Beatles diikuti oleh pemusik-pemusik Amerika Serikat (AS) dan Inggris lainnya. Rolling Stones dan The Who di Inggris, atau Grateful Dead dan The Doors di AS, semuanya ingin menikmati sukses sekalipun hanya sekadar mengais-ngais remah-remah sisa dari The Beatles.

Kemudian terjadi konvergensi yang ideal. Kultur narkotika kemudian bergabung dengan gerakan generasi muda yang anti-Perang Vietnam (dan gaya hidup bebas ala hippies), yang terangkum dengan sempurna dalam fenomena summer of love and peace di AS dan Eropa tahun 1967.

Gelombang kebudayaan besar ini seolah-olah membenarkan pemakaian narkotika berlebihan sebagai sebuah norma yang tidak perlu dipersoalkan. Dan musik serta para pemusiknya menjadi carrier yang menjalarkan virus ini ke seluruh dunia, termasuk Indonesia di kala itu.

Tidak mengherankan jika satu per satu korban berjatuhan akibat narkotika maupun alkohol. Tidak kurang pula bintang-bintang rock yang tewas mengenaskan karena bunuh diri, atau dibunuh orang, dan sebab-sebab lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka.

Yang patut disesali, dari mereka yang menjadi korban itu, ada beberapa nama penting yang mengalami kematian prematur akibat narkotika, alkohol, atau penyebab-penyebab konyol lainnya. Padahal, mereka masih berada pada tingkat kreativitas yang sangat potensial untuk semakin memperkaya khazanah musik rock.

Kematian-kematian cepat itu tentu saja membuat rugi para penggemar maupun industri musik secara umum. Jika masih hidup, ikon rock klasik seperti Lennon, misalnya, pasti akan tiada henti-hentinya menghasilkan karya kebudayaan dan politik yang tentu saja setiap saat akan sangat mengejutkan penggemar global.


MENURUT The World Almanac And Book Of Facts (1997), tercatat ada 40 pemusik terkenal di AS dan Inggris yang meninggal dunia sia-sia karena overdosed narkotika, seperti gitaris legendaris Jimi Hendrix dan Sid Vicious (Sex Pistols). Selain itu, ada sembilan yang mati karena kelebihan menenggak alkohol seperti dua pemain drum terkenal, John Bonham (Led Zeppelin) dan Keith Moon (The Who).

Data The World Almanac And Book Of Facts memperlihatkan korban tewas terbanyak adalah 42 orang karena serangan jantung, yang diduga sangat berhubungan dengan kebiasaan pemakaian narkotika atau alkohol secara berlebihan. Misalnya saja, Elvis Presley yang meninggal dunia dalam usia 42 tahun, atau gitaris/vokalis genius Rory Gallagher yang tutup usia dalam usia 47 tahun.

Yang tidak kalah menarik, ada 36 korban yang mati bunuh diri. Dan 57 lainnya tewas karena berbagai jenis kecelakaan di jalan raya maupun kecelakaan helikopter serta pesawat terbang.

Juga menarik untuk diketahui, sebanyak 18 pemusik rock tahun 1970-an tewas dibunuh. Yang paling terkenal adalah Lennon yang ditembak di depan apartemennya oleh Mark Chapman tahun 1980. Dua nama yang cukup terkenal yang juga dibunuh, meskipun bukan dari kalangan rock klasik namun cukup berkibar pada tahun 1970-an, adalah artis hitam Marvin Gaye dan salah satu pelopor musik reggae, Peter Tosh.

Sempat terjadi juga dua kasus kematian yang menimbulkan kecurigaan bahwa Kurt Cobain (Nirvana) dan Brian Jones (Rolling Stones) sebetulnya dibunuh. Sampai sekarang, spekulasi mengenai pembunuhan Jones dan Cobain masih saja berlangsung dan menjadi bahan riset untuk pembuatan film dan penulisan buku yang cukup tersohor.

Menurut spekulasi itu, Jones, yang tewas ketika sedang berenang di rumahnya sendiri, kemungkinan dibunuh oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk menyingkirkan dia. Termasuk yang dituduh adalah dua sahabat dekatnya sendiri yang direkrut dia untuk bergabung dengan Rolling Stones, yakni Mick Jagger dab Keith Richards.

Cerita mengenai "pembunuhan" Cobain lebih dramatis lagi, meskipun polisi dengan jelas mengumumkan bahwa Cobain tewas karena menembak kepalanya sendiri dengan senjata api. Orang yang paling dicurigai membunuh Cobain adalah istrinya sendiri, Courtney Love, yang juga menjadi vokalis grup rock perempuan, Hole.

Konon, Love ketika itu dalam posisi yang kurang menguntungkan karena dia akan kehilangan warisan Cobain yang berencana akan menceraikan dia. Spekulasi lain menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan yang banyak menaungi kepentingan Cobain, di antaranya Geffen Records.

Menurut teori konspirasi ini, mereka membunuh Cobain dengan tujuan menciptakan seorang pahlawan baru untuk mengejar angka bisnis penjualan "roh" Cobain. Soalnya, mereka khawatir dengan rencana Cobain saat itu yang ingin segera pensiun dari hingar-bingar musik grunge penemuan dia.

Banyak kerugian artistik maupun musikal yang terjadi ketika Cobain meninggal dunia, sama ketika banyak penggemar kehilangan Freddie Mercury dari kelompok Queen yang menggagas konser rock seperti halnya sebuah opera? Seperti diketahui, Mercury meninggal dunia akibat penyakit AIDS ketika dia masih berumur 45 pada tahun 1991 di kala dia masih aktif menyiapkan karya-karyanya.

Siapa pula yang tidak merasa kehilangan salah seorang anggota keluarga Gibb, yakni Maurice Gibb dari kelompok Bee Gees yang meninggal dunia karena penanganan perawatan kesehatan yang gagal di Miami? Ironisnya, si bungsu Andy dari keluarga Gibb yang juga terus aktif menggubah lagu, juga meninggal dunia tahun 1980 dalam usia baru 30 tahun.

Yang mati dalam usia yang jauh lebih muda dibandingkan dengan Andy Gibb adalah Vicious, pelopor musik punk Sex Pistols itu. Vicious tutup usia ketika masih berumur 21 tahun karena kebanyakan menenggak narkotika pada tahun 1979.

Kebetulan, bulan September menjadi bulan yang cukup penting untuk mengilas balik premature deaths dari pemusik-pemusik ini. Tanggal 18 September 1970, Hendrix meninggal dunia karena kelebihan narkotika dalam usia 27 tahun.

Tanggal 25 September 1980, Bonham diketemukan sudah tidak bernyawa karena tertelan muntahnya sendiri akibat mabuk berat alkohol dalam usia 34 tahun. Sementara itu pada tanggal 7 September 1978, Moon juga meninggal dunia karena kelebihan narkotika dalam usia 32 tahun.

Mereka yang tercatat mati muda juga termasuk vokalis The Doors, Jim Morrison, yang tutup usia ketika dia berumur 27 tahun karena serangan jantung. Gram Parsons dari The Byrds mati karena narkotika ketika masih berumur 26 tahun.

Semua juga pasti mengenal Tommy Bolin, gitaris yang pernah memperkuat James Gang dan Deep Purple. Pemusik yang pernah manggung di Jakarta bersama Deep Purple pada tahun 1975 itu tewas overdosed waktu berumur 25 tahun.

Untuk masalah kematian prematur ini, Waters (Pink Floyd), pernah menulis lirik yang tepat dalam lagu Goodbye Cruel World di album The Wall (1979). "Goodbye cruel world, I’m leaving you today. Goodbye all you people, there’s nothing you can say to make me change my mind, goodbye...".

Kayaknya sih yang meninggal bukan cuman artis doang deh semua kalangan yg punya pengalaman sama narkoba biasanya pada mati muda. Btw kalo di luar negeri banyaklah yg sudah meninggal krn barang haram ini. Kalo di Indonesia artis mana yach yg meninggal karena barang ini?? Ada yg tahu kah?


Sebenarnya banyak juga sih, cuma tidak begitu ketahuan, misalnya Dedy Stanzah, Nike Ardila (matinya karena kecelakaan, tapi penyebabnya halusinasi akibat penggunaan narkoba).

Ada juga tapi artis Rock yang meninggal muda karena kecelakaan. Contohnya gitarisnya Ozzy Osborne, Randy Roads, meninggalnya karena kecelakaan pesawat terbang.

by Budiarto Shambazy

No comments:

Post a Comment