Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com
"Saya suka mengamati contrail, aliran gas buang berwarna putih yang ditinggalkan oleh pesawat jet. Ia merupakan jejak sementara yang tergurat di pasir dan kemudian sinar matahari akan menghapusnya untuk selamanya.
Pergilah ke Montana dan mungkin Anda akan menemukan bekas-bekas jejak kaki dinosaurus yang tertoreh sejak ribuan tahun yang lalu."
Pergilah ke Montana dan mungkin Anda akan menemukan bekas-bekas jejak kaki dinosaurus yang tertoreh sejak ribuan tahun yang lalu."
Awal tulisan yang menarik dari Seth Godin dalam blognya. Ia membicakan topik universal dan menarik, tentang macam apa warisan yang kita tinggalkan sesudah nanti kita tiada.
"Sepanjang hari kita menulis email, men-twit atau membubuhkan tanda like, sementara orang lain berkarya secara lebih konkrit. Adakah sesuatu jejak yang bakal Anda tinggalkan dari hidup Anda ?"
Sebagai suporter sepakbola, saya berusaha ikut pula meninggalkan sesuatu jejak sejak sepuluh tahun lalu. Ketika bergabung dalam Pasoepati di tahun 2000 bersama Mayor Haristanto. Saya kemudian menulis pandangan, cita-cita dan juga gagasan tentang suporter sepakbola. Menulis di surat kabar, tabloid, milis dan juga blog.
Tanggal 12 Juli 2000, saat berlangsungnya pertemuan kelompok suporter di kantor redaksi Tabloid BOLA, saya mencetuskan hari itu sebagai Hari Suporter Nasional. Tahun 2002, impian saya tentang masa depan suporter sepakbola memenangkan The Power of Dreams Contest 2002 yang diselenggarakan oleh Honda Prospect Motor.
Jejak belum terkubur. Karena harus bekerja di perusahaan Internet di Jakarta, akhir tahun 2001 saya undur dari kegiatan di Pasoepati di Solo. Ternyata di Jakarta, sampai tahun 2002, masih ada tugas menanti. Berkiprah membidani lahirnya Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI). Bahkan didaulat untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.
Sesudahnya, saya pensiun. Tetapi tetap menulis di blog ini. Bahkan masih sempat mendukung timnas dalam final Piala Tiger 2004/2005, baik di Jakarta atau pun di Singapura.
Foto menunjukkan komentar saya yang dimuat di surat kabar utama Singapura, The Straits Times (17/1/2005). Mayor juga pensiun dari kegiatan suporter, walau dengan wadah Republik Aeng Aeng ia masih sering bersinggungan untuk beraktivitas-ria bersama anak-anak Pasoepati di Solo.
Jejak lama saya itu, syukurlah, masih ada yang mau mengingat. Pada tanggal 10 Maret 2009, Arista Budiyono, sekretaris Pasoepati Jabodetabek, punya ide brilyan. Ia telah menulis surat ke penanggung jawab acara pamer cakap Kick Andy, agar acara populer itu menampilkan pentolan suporter dan pencinta sepakbola dengan kreasinya untuk menggairahkan dunia sepakbola.
Surat Arista Budiyono itu dia pajang di blognya sendiri, berjudul : Suporter Menendang Kick Andy. Ia mengusulkan nama-nama sineas Andibachtiar "Ucup" Yusuf, Yuli Soempil Sugiarto (dirijen Aremania), Bambang Haryanto, Mayor Haristanto, Yan Tuheryanto (Singa Mania) dan situs Ongisnade.net.
Surat Arista itu tidak terkubur di arsip Kick Andy, tetapi menunggu dibangkitkan pada momen yang tepat.
Testimoni seorang Ibu. Momen itu hadir ketika wajah sepakbola kita harus menitikkan air mata. Yaitu ketika ada penggemar, yang merupakan roh sekaligus pendukung industrinya, tewas karena tingkah kebrutalan suporter brandal yang dibelit oleh fanatisme sempit.
Pada pertandingan Persija Jakarta melawan Persib Bandung di Gelora Bung Karno Senayan, Minggu, 27 Mei 2012, memakan korban dengan tewasnya Lazuardi (28), Rangga Cipta Nugraha (22) dan Dani Maulana (17). Pengeroyoknya berjumlah enam orang yang merupakan suporter The Jakmania telah tertangkap dan menanti untuk disidangkan.
Terenggutnya nyawa suporter sepakbola itu telah mendorong tayangan pamer cakap Kick Andy dari MetroTV untuk membicarakannya. Mengulik akar permasalahan dan menyerap aspirasi dari pelbagai fihak untuk memperoleh solusinya. Sebagian besar nama yang diusulkan dalam email Arista Budiyono tiga tahun lalu yang kemudian menjadi nara sumber.
Nara sumber. Dari kiri ke kanan : Cakra Wibawa (adik almarhum Rangga Cipta Nugraha), Ibu Iip Saripah (ibu Rangga), Mayor Haristanto, Yuli Soempil Sugiarto (bertopi), Bambang Haryanto dan Andibachtiar "Ucup" Yusuf.
Dalam mimbar itu Ibu Iip Saripah mengatakan : "Keluarga memang sudah mengikhlaskan kepergian Rangga. Tapi, cara kepergian yang seperti itu kami masih tidak bisa terima. Kami minta pihak yang berwajib mengusut tuntas kasus penganiayaan yang menyebabkan tewasnya Rangga.”
Suasana kental bernuansa sepakbola. Sineas Andibachtiar "Ucup" Yusuf, Yuli Soempil Sugiarto, Cakra Wibawa dan Ibu Iip Saripah, Bambang Haryanto, Mayor Haristanto, dan penonton yang bersemangat.
Pada segmen terakhir, Mayor dan saya berusaha membuat studio Kick Andy layaknya suasana pertandingan di stadion sepakbola. Kami menggugahdan mengubah mereka menjadi dengan suporter sepakbola yang bergairah, rileks, damai, bergembira dengan yel-yel dan lagu-lagu pemacu semangat yang bergelora.
Duta suporter damai dan kreatif dari Solo. Saya dan Mayor, tampil di segmen terakhir. Kami berdua seolah harus menaiki mesin waktu, surut ke belakang di tahun 2000 guna membongkar-bongkar cerita dan kenangan saat Pasoepati berdiri dan mencari bentuk. Saat itu saya menggores sebuah tagline atau semboyan "Revolusi Citra Baru Suporter Indonesia."
Nara sumber yang tidak kalah penting dalam acara Kick Andy kali ini adalah dosen Sosiologi Universitas Gajah Mada (UGM), Muhammad Najib Azca, Ph.D. "Saya hanya menyumbang sedikit bagian penutup, melihat isu rusuh suporter sebagai bagian budaya anak muda perkotaan yang dihimpit oleh sistem sosial yang tidak ramah," tulis beliau dalam obrolan di akun Facebooknya.
Saya berdua baru bertemu menjelang naik panggung, tetapi kimianya cocok, seolah kami merupakan teman lama. Itu terbukti ketika saya perkenalkan bahwa Mayor adalah lulusan Ilmu Pemerintahan UGM, yang bernaung pada fakultas yang sama dengan Mas Najib.
Sementara beliau adalah pembimbing dan penguji skripsi sobat saya, Aji Wibowo (yang bertopik suporter sepakbola ; Aji kini redaksi majalah fans Liverpool FC, Walk On, di Jakarta). Dalam proses penulisan skripsi Aji melakukan korespondensi via email dengan saya.
Jejak langkah kami berdua, malam itu kami torehkan lagi. Di panggung acara Kick Andy. Mendengar pendapat Mas Najib Azca bahwa apa yang kami berdua gagas dan kerjakan selama ini sebaiknya direplikasikan kepada kelompok-kelompok suporter lain di Indonesia, barangkali itu menjadi mimpi berikutnya yang menantang untuk direalisasikan.
Tentu saja saya, Mayor, atau kami berdua, dalam mewujudkan mimpi itu tidak bisa melakukannya secara sendirian. Semua sobat saya suporter sepakbola Indonesia, harus juga mengambil prakarsa.
Semua itu dapat dimulai, seperti harapan penutup saya dalam acara itu dengan tekad : "Jadikanlah kita semua sebagai energi positif bagi dunia suporter sepakbola dan sepakbola Indonesia."
Insya Allah, jejak kita semua bukan seperti nasib asap pesawat jet yang melintas di angkasa. Yang mudah menghilang dalam waktu cepat dan dilupakan oleh sejarah.
Wonogiri,19-20 Juni 2012 from sumber :
http://suporter.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment